Selamat datang di Official Blog Kami, Budidaya Cacing dewasa ini cacing tidak hanya sebagai penyubur tanah saja namun sudah banyak penelitian menemukan bahwa kandungan cacing dapat di jadikan obat dan bahan kosmetik. berikut ini beberapa kutipan dari beberapa ahli.
Menurut Prof.H.M. Hembing Wijaya Kusuma (Ahli obat tradisional): Cacing Tanah Lumbricus ( Vitakap ) mampu menurunkan demam Typus, DBD dan dapat menyembuhkan hipertensi, darah rendah, diabetes, kolesterol tinggi, rematik, asthma, bronchitis, batu-batuk rejan, sakit kepala, penawar racun, maag, bisul/borok, radang kulit, radang otak, stroke, batu ginjal, kanker, liver. (Majalah Peluang No. 47 Th. 1 Oktober 1999)
Baca : Cara Budidaya Cacing dengan media Jerami
Dari hasil penelitian menunjukkan cacing tanah mempunyai kandungan protein cukup tinggi, yaitu sekitar 72%, yang dapat dikategorikan sebagai protein murni. Kalau dibandingkan dengan jenis bahan makanan asal hewan lainnya, misalnya ikan teri yang biasanya dipakai dalam campuran ransum unggas, mempunyai kandungan protein protein kasar berkisar antara 58-67% dan bekicot dengan kandungan protein 60,90%, masih jauh lebih rendah dibanding dengan cacing tanah.
Apalagi kalau dibandingkan dengan sumber protein dari bahan tanaman, seperti bungkil kedele, bungkil kelapa dan lain-lain, rata-rata kandungan proteinnya jauh lebih rendah dibanding cacing tanah. Demikian pula susunan asam amino yang sangat penting bagi unggas, seperti arginin, tryptophan dan tyrosin yang sangat kurang dalam bahan pakan yang lain, pada cacing tanah kandungannya cukup tinggi. Kandungan arginin cacing tanah berkisar 10,7% tryptophan, 4,4% tyrosin, 2,25%.
Oleh karena itu cacing tanah mempunyai potensi yang cukup baik untuk mengganti tepung ikan dalam ransum unggas dan dapat menghemat pemakaian bahan dari biji-bijian sampai 70%.Walaupun demikian, penggunaan cacing tanah dalam ransum unggas disarankan tidak lebih dari 20% total ransum. Hal ini sudah sangat menguntungkan mengingat cacing tanah yang banyak tersebar di dataran nusantara kita dan potensinya cukup baik, serta sangat mudah untuk dibudidayakan sehingga dapat menekan biaya makanan unggas yang sangat tinggi dipasaran, sehingga keuntungan yang akan diraih lebih tinggi.
Baca : Cara Membuat Antibiotik Unggas
Di Jepang dan Korea enzim Lumbrokinase ini sudah menjadi bahan baku utama untuk pembuatan suatu suplemen terpopuler disana, yang mana fungsinya untuk mendukung kesehatan darah.
Artikel Terkait :
Baca : Cara Budidaya Cacing dengan media Jerami
Dari hasil penelitian menunjukkan cacing tanah mempunyai kandungan protein cukup tinggi, yaitu sekitar 72%, yang dapat dikategorikan sebagai protein murni. Kalau dibandingkan dengan jenis bahan makanan asal hewan lainnya, misalnya ikan teri yang biasanya dipakai dalam campuran ransum unggas, mempunyai kandungan protein protein kasar berkisar antara 58-67% dan bekicot dengan kandungan protein 60,90%, masih jauh lebih rendah dibanding dengan cacing tanah.
Apalagi kalau dibandingkan dengan sumber protein dari bahan tanaman, seperti bungkil kedele, bungkil kelapa dan lain-lain, rata-rata kandungan proteinnya jauh lebih rendah dibanding cacing tanah. Demikian pula susunan asam amino yang sangat penting bagi unggas, seperti arginin, tryptophan dan tyrosin yang sangat kurang dalam bahan pakan yang lain, pada cacing tanah kandungannya cukup tinggi. Kandungan arginin cacing tanah berkisar 10,7% tryptophan, 4,4% tyrosin, 2,25%.
Oleh karena itu cacing tanah mempunyai potensi yang cukup baik untuk mengganti tepung ikan dalam ransum unggas dan dapat menghemat pemakaian bahan dari biji-bijian sampai 70%.Walaupun demikian, penggunaan cacing tanah dalam ransum unggas disarankan tidak lebih dari 20% total ransum. Hal ini sudah sangat menguntungkan mengingat cacing tanah yang banyak tersebar di dataran nusantara kita dan potensinya cukup baik, serta sangat mudah untuk dibudidayakan sehingga dapat menekan biaya makanan unggas yang sangat tinggi dipasaran, sehingga keuntungan yang akan diraih lebih tinggi.
Baca : Cara Membuat Antibiotik Unggas
Sejak zaman dahulu kala cacing tanah sudah banyak dan sering digunakan
sebagai bahan pengobatan tradisional baik di Cina, Korea, Jepang bahkan
di Indonesia. Namun penemun Dr. Hisasi Mihara pada tahun 1980 itu seolah
semakin menguatkan akan keampuhan dari pada cacing Lumbricus Rubellus
ini. Dan sejak itu enzim lumbrokinase atau cacing tanah lumbricus
rubellus semakin terkenal dan diyakini dapat mengobati berbagai
penyakit. di California, tidak lagi hanya sebagai obat tradisional tapi
sudah menjadi bahan utama pengobatan modern.
Di Jepang dan Korea enzim Lumbrokinase ini sudah menjadi bahan baku utama untuk pembuatan suatu suplemen terpopuler disana, yang mana fungsinya untuk mendukung kesehatan darah.
Artikel Terkait :
Mengenal Cacing Lumbricus Rubellus